Mei 21, 2009

Ia dan kehidupannya


Ketika pagi menjelang, ia terbangun, ia rapikan tempat tidurnya dan perlahan melangkah keluar. Aku dekati ia dan bertanya : “ Mengapa engkau bangun pagi-pagi ?”
Jawabnya : “ Aku tidak boleh kalah dengan matahari, aku harus menghadangnya saat ia datang menantang dengan sinarnya”
Sebagaimana rutinitas yang ia jalani , Ia merawat tanaman-tanamannya di siang hari dengan rajin. Ia sangat menyadari, inilah sumber penghasilan hidupnya. Tidak ia hiraukan keringat yang senantiasa bercucuran. Ia merawat dengan teramat rapi dan telaten, terlebih saat ia menemukan selembar plastik bersandar di lahannya, ia pasti segera memungutnya . Ia tidak ingin lahannya dikotori plastik
Akupun mencoba bertanya lagi :

“Mengapa engkau merawat semua ini sedemikian baiknya”
Iapun menoleh , “ Aku melihat senyum tanaman-tanaman itu saat aku menjenguknya dan membelainya. Ia berjanji akan memberikan yang terbaik untukku. Kakiku begitu sejuk menginjak tanah yang begitu ramah mengucapkan terima kasih saat wajahnya kebersihkan dari belepotnya plastik-plastik itu…”


Siangpun mulai terik, ia buka perbekalan makanan yang dibawa dari rumah. Ia santap sedikit demi sedikit , ia begitu sangat menikmatinya, nasi putih dengan sayur lodeh dengan dua potong tempe goreng dan sedikit sambal.
Sekali lagi aku bertanya : “ Engkau begitu menikmati manakanan itu, apakah enak ?”
Iapun tersenyum : “ Setiap hari aku mengenal makanan seperti ini, adakah makanan lain yang lebih enak? Yang aku tahu makanan ini membuat tubuhku segar dan aku bisa bekerja.”


Saat ia menikmati sore, ia duduk dikursi ditemani kopi hangat, memandang ke Iuar menikmati cerianya anak-anak yang berkejaran di halaman..
Aku beranikan diri untuk bertanya lagi : “ Engkau begitu menikmati hidup ini begitu sederhananya, apakah engkau tidak menginginkan sesuatu yang lebih..?”
Ia tidak menjawab, beranjak keluar dan menengadahkan kepalanya ke atas “ Cakarawala yang luas memang indah…, aku senang memandang dan menikmati keindahannya, tapi ia begitu tinggi dan aku tidak tahu batasnya…” ia menoleh ke arahku , seolah tahu aku tidak mengerti apa yang dibicarakannya.
“ Terkadang akupun menginginkan sesuatu yang lebih tinggi, sebatas yang bisa aku raih, dan kaupun tahu.. setinggi cakrawala yang tidak terbatas… , Tidak terbatas pula kepuasan untuk meraih yang lebih tinggi dan tinggi. Untuk itu aku lebih sering melihat ke bawah, ke tanah ini yang begitu jelas batasnya, dan batas segala keinginan adalah …..: rasa syukur…”


Sebelum ia beranjak tidur, aku ikuti dia dari belakang untuk sekali lagi bertanya…, namun belum sempat terucap sepatah katapun, ia menoleh…
“ Kenapa engkau selalu menayaiku ? Bolehkah sekarang aku bertanya? “
Ia berhenti sejenak ,sambil memegangi daun pintu ia bertanya,


“Adakah engkau juga menikmati keindahan hidupmu dengan segala apa yang ada padamu ? “
Ia tersenyum bijak….sambil perlahan menutup pintu kamarnya.

7 komentar:

aa mengatakan...

aku yang pertama,,,,,,
salam kenal,,,,dari yang baru aja ngeblok maohon dukungan nya ya n jangan pernah bosan tuk kasih komen di blog yang baru aja siap setengah hehehhe,,,kunjungan di tunggu ya ...makasih

bunga raya mengatakan...

lanjutan ceritanya mana padahal dah asik bngt aku bacanya ko malah menggantung nice artikle di tunggu kelanjutannya.

ceritatugu mengatakan...

wah...listrik padam apaya ko ceritanya berhenti

cempaka mengatakan...

salam hangat dari blogger baru neh

Rendy BlogHeboh "Blog Dofollow" mengatakan...

Bagus banget nih blognya..
hahahaa..
salut dan kembangkan terus..
oh iyah postingan yg ini juga keren nih..
keep blogging..
sukses selalu..!!

Jangan lupa berkunjung dan berkomentar di BLOG HEBOH yah, soalnya ada hadiah buat top komentator.. Hihihii..

EEL'S mengatakan...

Maap...maap untuk semua yang dah kasih koment...: aa, bunga, eka,dimas & rendy... ceritanya blum selesai keburu... stop.. hehe...

cempaka mengatakan...

selamat malam saya senang bisa berkunjung walaupun malam hari ke blog sobat