Juni 24, 2009

My first love " Maya"

Selamat pagi, siang sore, malam….
Sejak kecil kata orang aku cenderung suka membaca, Kalau menurutku sendiri…..?nggak terlalu salah juga..
Kegemaran suka membaca itupulalah yang membangkitkan keingginanku untuk mengenal Maya,

Dulu aku sebenarnya kurang begitu tertarik padanya (mungkin benar orang bilang : tak kenal maka tak sayang..) Seiring bertambahnya waktu, aku mulai coba-coba mencari tahu tentangnya. Bukan hal yang sulit, karena banyak yang memperbincangkanya,kapanpun dan dimana pun
Sebagian besar mengatakan ia begitu menarik, begitu pinter , selalu nyambung klo diajak ngomong apa saja, jadi tidak heran kalau sampai ada banyak orang yang sampai lupa waktu kalau sudah di depannya. Mungkin karena kelebihan yang dia miliki,


Alkisah selanjutnya, rasa penasaran tak mampu membendungku untuk untuk mengenalnya lebih jauh coba-coba cari info dimana rumahnya, kadang ada rasa malu juga kalau harus tanya sana –sini, Yaah, seperti layaknya remaja saja, awalnya malu-malu, seterusnya… ? ( bener! Malu-maluin.., maksud nya aku..)

Ia selalu mengajari banyak hal ,dari ilmu ,perilaku yang bijak dan tidak banyak ia lontarkan , ia juga banyak menceritakan berbagai peristiwa, tapi sayangnya , info tambahan yang aku peroleh, ia juga rada-rada genit.., karena terkadang ia mau memperlihatkan yang seksi-seksi…. dan yang “Serem-serem”,naah itu dia, yang menjadikan sedkit ganjalan untukku, bagaimana tidak? Lha kalau aku sudah akrab dengannya, dan suatu saat ngajak anak-anak kecil menemuinya ? Gimana donK? Aaah, gampang, nanti toh ada solusinya … .Khan kata orang, yang penting bukan persoalan/masalahnya tapi bagaimana kita bijak mencari solusinya…
Setelah puas kumpulin info , satu tekad sudah bulat, aku harus cari alamatnya dan untuk lebih jauh berkenalan dan syukur bisa bisa masuk ke hatinya… ceeilee romantis amat..

Pada suatu kesempatan aku coba cari alamatnya, pertama tengak –tengok kebingungan tak tahu arah, waduuh grogi banget niih kala itu, sengaja aku emang gak bawa teman aku harus berani , pikirku.
Setelah berdiri mematung karena tidak tahu harus kemana, aku ingat dulu ada yang kasih tahu , tidak usah bingung, kalau sudah sampai, akan ada yang berbaik hati bersedia mengantarnya salah satunya, Mr “ G”
Bener juga , pertama aku sampai, segera disambut si Mr “G” , dia begitu baik hati menawarkan ke aku tuk menemui Maya , sepertinya ia begitu paham akan kebingunganku

“ Mau ketemu Maya mbak?”
“Ee..h , iya, iya..”
“ Mari saya antar, tapi Maya rumahnya begitu banyak mba.., terlalu panjang untuk disebut satu persatu. Saat Maya sibuk ngurusi surat ia bisa dicari di Mail, sementara Maya juga sibuk di Blog untuk saling berkomunikasi, berbagai ilmu, berbagi pendapat, dan menjalin persahabatan, seperti saat ia berada di frendster ataupun facebook, juga ditempat lain pokoknya banyak banget deh tempatnya.

“Ooo, begitu yaa..” sahutku meski dalam hati bingung..
“ Iya , nggak usah bingung mbak pada saatnya mbak bisa menemuinya dimana saja asal mba mau, sekarang mbak mau saya ajak jalan-jalan dulu yuk..”
“ Sekarang tulis apa yang ingin mbak cari”
Dengan sedikit ragu akupun coba tulis apa yang ingin aku cari ( waduuh.. coba wajahku saat itu direkam, ketahuan deeh…)
“ Kalau sudah, coba mbak lompat ke sini, atau bisa juga sebelah sana”

Ia menunjukan satu kotak bertuliskan “enter” sedangkan sebelah sana ada dua , satunya “Web” dan sebelahnya “ Halaman Indonesia”
Satu, dua, tiga “ Huups…”
“ Wuuuuush…” aku dibawa terbang ke Dunia Maya yang begitu luas, aku tidak tahu dimana tepinya”

“ Mayaa…., aku datang…” teriaku kegirangan..dengan malu-malu aku katakan padanya dengan jujur, bahwa aku masih terlalu , amat sangat kecil mengenal dunianya..
Tak henti-hentinya aku ucapkan banyak terima kasih sama Mr “G” , terakhir aku cubit dia dengan gemes , habisnya ngeledek terus kalau aku bingung, belakangan aku tahu namanya “Google”....


Juni 10, 2009

Plastik oh plastik

Aku memang bukanlah si Al Gore, penerima anugrah Nobel, yang begitu perhatian dengan adanya pemanasan global akibat perilaku manusia sendiri yang berakibat alam menjadi rusak

Aku juga bukan menteri lingkungan hidup ……………
Aku juga bukan orang yang pintar mengkampanyekan semangat cinta lingkungan..
bukan, sama sekali bukan, aku bukanlah mereka semua…....

Tapi aku ingin belajar mencintai lingkungan, dengan upaya yang mungkin sangat kecil, meski ternyata tidak semudah yang aku bayangkan

“Aduuh pak..,kok dicampur, seharusnya jangan….”
Aku tidak tahu harus ngomong apa, mau marah ? Nggak mungkin, bagaimana mau marah, melihat wajahnya yang lelah dan bingung, aku sudah nggak tega.


Yaaah.., mau bagaimana lagi, dia memang tidak tahu dan belum paham….
Si Bapak memang sering dimintai tolong bantu-bantu di rumah, mungkin pikirnya daripada masih ada waktu longgar setelah tugas utamanya mangkas pohon yang sudah terlalu rimbun selesai, ia berinisiatif membuat lubang lumayan besar , semua sampah diangkut dan dimasukan kedalamnya, diaduk lalu menutup dengan tanah ,sekilas kalau dilihat dari permukaan memang kelihatan rapi dan bersih

Tapi sayang,
Sampah plastik yang aku kumpulkan di bak sampah khusus, tahu-tahu dicampur aduk dengan sampah organic di sebelahnya….
Padahal sudah sekitar satu tahun ini aku biasakan di rumah untuk memisahkan sampah plastik dengan yang bukan plastik, demikian pula aku coba biasakan pada anak-nak. Aku ingin sampah yang organik nantinya bisa aku jadikan pupuk, sementara untuk yang plastik , aku buatkan bak khusus, aku tidak ingin ia mencemari tanah. Sampai-sampai aku dianggap punya kebiasaan yang dianggap aneh, setiap kutemui sampah plastik berceceran di sekitar rumah , pasti aku pungut, aku tidak peduli saat diledek pemulung….
Tak apalah, untuk saat ini memang hal-hal seperti itu belum biasa.
Situasi tempat tinggalku memang beda dengan di kota, dimana sampah bisa dikumpulkan dibak sampah, setelah itu secara rutin diangkut petugas ke TPA, dan bebaslah sudah sekeliling rumah dari yang namanya sampah, begitu terjadi tiap hari.
Secara umum ditempatku TPAnya ya.. pekarangan sekitar kita sendiri, jadi kadang aku pikir, kalau tidak dimulai dikumpulkan dari sekarang, berapa tahun kedepan tanahnya akan penuh plastik, sayang sekali.
Padahal kalau aku amati, dalam sehari, sampah plastik biasanya lebih banyak dari yang bukan, setahun dua tahun mungkin tidak kelihatan, tapi kalau dalam jangka lama……?

Aduuh si Bapak, aku mengerti maksud baikmu, tapi bapak tidak tahu apa yang aku mau…
Esok aku harus memulainya lagi dari awal……………….