Juni 10, 2009

Plastik oh plastik

Aku memang bukanlah si Al Gore, penerima anugrah Nobel, yang begitu perhatian dengan adanya pemanasan global akibat perilaku manusia sendiri yang berakibat alam menjadi rusak

Aku juga bukan menteri lingkungan hidup ……………
Aku juga bukan orang yang pintar mengkampanyekan semangat cinta lingkungan..
bukan, sama sekali bukan, aku bukanlah mereka semua…....

Tapi aku ingin belajar mencintai lingkungan, dengan upaya yang mungkin sangat kecil, meski ternyata tidak semudah yang aku bayangkan

“Aduuh pak..,kok dicampur, seharusnya jangan….”
Aku tidak tahu harus ngomong apa, mau marah ? Nggak mungkin, bagaimana mau marah, melihat wajahnya yang lelah dan bingung, aku sudah nggak tega.


Yaaah.., mau bagaimana lagi, dia memang tidak tahu dan belum paham….
Si Bapak memang sering dimintai tolong bantu-bantu di rumah, mungkin pikirnya daripada masih ada waktu longgar setelah tugas utamanya mangkas pohon yang sudah terlalu rimbun selesai, ia berinisiatif membuat lubang lumayan besar , semua sampah diangkut dan dimasukan kedalamnya, diaduk lalu menutup dengan tanah ,sekilas kalau dilihat dari permukaan memang kelihatan rapi dan bersih

Tapi sayang,
Sampah plastik yang aku kumpulkan di bak sampah khusus, tahu-tahu dicampur aduk dengan sampah organic di sebelahnya….
Padahal sudah sekitar satu tahun ini aku biasakan di rumah untuk memisahkan sampah plastik dengan yang bukan plastik, demikian pula aku coba biasakan pada anak-nak. Aku ingin sampah yang organik nantinya bisa aku jadikan pupuk, sementara untuk yang plastik , aku buatkan bak khusus, aku tidak ingin ia mencemari tanah. Sampai-sampai aku dianggap punya kebiasaan yang dianggap aneh, setiap kutemui sampah plastik berceceran di sekitar rumah , pasti aku pungut, aku tidak peduli saat diledek pemulung….
Tak apalah, untuk saat ini memang hal-hal seperti itu belum biasa.
Situasi tempat tinggalku memang beda dengan di kota, dimana sampah bisa dikumpulkan dibak sampah, setelah itu secara rutin diangkut petugas ke TPA, dan bebaslah sudah sekeliling rumah dari yang namanya sampah, begitu terjadi tiap hari.
Secara umum ditempatku TPAnya ya.. pekarangan sekitar kita sendiri, jadi kadang aku pikir, kalau tidak dimulai dikumpulkan dari sekarang, berapa tahun kedepan tanahnya akan penuh plastik, sayang sekali.
Padahal kalau aku amati, dalam sehari, sampah plastik biasanya lebih banyak dari yang bukan, setahun dua tahun mungkin tidak kelihatan, tapi kalau dalam jangka lama……?

Aduuh si Bapak, aku mengerti maksud baikmu, tapi bapak tidak tahu apa yang aku mau…
Esok aku harus memulainya lagi dari awal……………….

10 komentar:

Unknown mengatakan...

sudah saatnya ada penyuluhan ttg sampah plastik kepada para pemulung, pembuang sampah dan masyarakat ya.

Unknown mengatakan...

ya saya juga bingung nanti sama tukang sampah yaa dicampur

ceritatugu mengatakan...

perlu diangkat jadi menteri perplastikan,ye..

Unknown mengatakan...

cocok jadi ibu menteri lingkungan hidup nih.

bunga raya mengatakan...

aku datang membawa satu point neh

aws_NGOFA_tidore mengatakan...

@ Yg kmu lakukan menginspirasi orang utk lbh peduli thdap lingkungan.
@ buat Mas Eka, Kementrian Perplastikan bisa di bentuk jika kamu yg Jadi Presidennya.

Cara Buat Situs mengatakan...

hu uh tuh... harusnya ada penyuluhan tentang sampah2 plastik lebih banyak lagi...
karna mayoritas masyarakat menyisakan sampah plastik...
sedangkan plastik memerlukan puluhan tahun untuk diurai oleh tanah :(...

bisa2 anak cu2 kita kebagian sampah yang numpuk nih klo sampe sekarang masih minimnya penyuluhan tentang sampah...

eniwei postnya menarik banget :D
salam kenal yah :D

Unknown mengatakan...

masih urusin plastik toh?

BLACKID mengatakan...

salut dech, memulai dari diri sendiri,

terus sampah plastiknya diapain neng, kalau diangkut ke TPA, ujung2nya dicampur juga tuh...

Anonim mengatakan...

Trus, sampah plastiknya diapain mba? Saya juga banyak punya sampah plastik...